PERSIAPAN DAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEBIDANAN


PERSIAPAN DAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEBIDANAN

1.      Mammografi (Mammogram)
Mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar X yang dilakukan pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista atau tumor, dan digunakan untuk menilai payudara secara periodik.

Persiapan dan Pelaksanaan:
a.       Lakukan informed consent.
  1. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan.
  2. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan di leher dilepas.
  3. Gunakan pakaian kcertas atau gaun bagian depan terbuka.
  4. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakkan payudara satu persatu diatas meja kaset sinar X, saat payudara ditekan pasien akan diminta untiuk menahan napas.
  5. Lalu lakukan pemeriksaan
2.      Cardiotokografi (CTG)
Kardiotokografi menyajikan kesejahteraan janin
Kardio ® denyut jantung
Toko ® kontraksi uterus
Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian atas catatan dan kontraksi dibawahnya. Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing).
Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :
a.       Denyut jantung janin
b.      Kontraksi Rahim
c.       Gerakan janin.
Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
A.    Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
1.      IBU
a)      Pre-eklampsia-eklampsia
b)       Ketuban pecah
c)      Diabetes mellitus
d)     Kehamilan > 40 minggu
e)      Vitium cordis
f)       Asthma bronkhiale
g)      Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h)       Infeksi TORCH
i)        Bekas SC
j)        Induksi atau akselerasi persalinan
k)      Persalinan preterm.
l)        Hipotensi.
m)    Perdarahan antepartum.
n)      Ibu perokok.
o)      Ibu berusia lanjut.Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
2.      JANIN
a)      Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b)      Gerakan janin berkurang
c)      Suspek lilitan tali pusat
d)     Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e)      Hidrops fetalis
f)       Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g)      Mekoneum dalam cairan ketuban
h)      Riwayat lahir mati
i)        Kehamilan ganda dan lain-lain
B.     Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi
a)      Usia kehamilan > 28 minggu.
b)      Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
c)      Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
d)     Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.
C.     Kontra Indikasi Cardiotokografi                  
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin.
D.    Persiapan Pasien
a)      Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
b)      Kosongkan kandung kencing.
c)      Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d)     Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
e)      Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum maksimum DJJ.
f)       Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.
g)      Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
h)      Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang             telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
i)        Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
j)        Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
k)      Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
l)        Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
m)    Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
n)      Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o)      Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
E.     Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
a)      Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
b)      Tekanan darah diukur setiap 10 menit
c)      Dipasang kardio dan tokodinamometer
d)     Frekuensi jantung janin dicatat
e)      Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
f)       Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
g)      Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
h)      Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
F.      Cara Membaca
Pembacaan hasil :
1.      Reaktif, bila :
a)      Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
b)      Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c)      Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
d)     Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
e)      Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
2.      Tidak reaktif, bila :
a)      Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
b)      Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
c)      Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d)     Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).
3.      Sinusoidal, bila :
a)      Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
b)      Tidak ada gerakan janin
c)      Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
4.      Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
a)      Bradikardi
b)      Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.
Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan  1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion  hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu).       Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
5.      Saat persalinan
1.      Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.
2.      janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi
3.      Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat:
·         Deselarasi lambat berulang
·         Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)        
·         Pewarnaan mekonium
·         Gerakan janin yang abnormal (<5/20        menit )
·         Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 jam)




4.         Pap Smear
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks, serta respons terhadapkemoterapi dan radiasi.
a.       Tujuan pap smear
ü  Mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker (sel pra kanker).
ü  Mengetahui normal atau tidaknya sel-sel serviks.
ü  Mendeteksi perubahan prakanker pada serviks.
ü  Mendeteksi infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit yang ditularkan melalui melalui hubungan seksual.
ü  Mengkaji efek pemberian hormon seks.
ü  Respon terhadap kemotrapi dan radiasi.
b.      Wanita yang dianjurkan untuk papsmear
ü  Wanita usia subur (WUS) antara umur 17-45 tahun.
ü  Wanita yang berusia mudah sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya tinggi.
ü  Wanita perna menderita HIV (Human Papiloma Virus).
ü  Wanita yang berusia diatas 35 tahun.
ü  Wanita yang mengunakan pil KB.
c.       Waktu melakukan pap smear
ü  Masa menopause, kapan saja.
ü  Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia mudah sudah menika atau belum menika namun aktivitas seksualnya tinggi.
ü  Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang beganti-ganti pasangan seksual atau perna menderita infeksi HIV (kutil kelamin).
ü  Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
ü  Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.


5.      IVA
Iva (Inspeksi Visual Asan Asetat) merupakan suatu metode deteksi dini terhadap lesi prakanker dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5% pada daerah sambungan skuamo kolumnar (SSK).
Pemeriksaan Iva di lakukan dengan penilaian langsung terhadap daerah serviks yang pasca aplikasi asam asetat dibawah sumber cahaya.
1.     Tujuan Iva
ü  Tenaga medis dapat melakukan pemeriksaan IVA untuk mencega kanker serviks.
ü  Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.
ü  Mengetahui hasil pemeriksaan IVA.
ü  Mempunyai kemampuan untuk penangan selanjutnya.
2.     Alat dan bahan
ü  Handscoon
ü  Spekulum atau cocor bebek.
ü  Tampon tang.
ü  Kom kecil steril.
ü  Lidi wptten.
ü   Asam asetat 3-5% dalam bototl.
ü  Kapas sublimat dalam kom steril.
ü  Waskom berisi larutan klorin 0,5%.
ü  Lampu sorot.
ü  Tempat sampah basah.
3.      Wanita yang di anjurkan pemeriksaan IVA
ü  Wanita minimal pada usia 35-40 tahun.
4.      Waktu melakukan IVA
ü  Pada sewtiap wanita 1x pada usia 35-40 tahun.
ü  Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
ü  Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun.
ü  Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
ü  Pemeriksaan yang dilakukan sekali dalam 10 tahun seumur hidup memili dampak yang cukup signifikasi.


6.    Utrasonografi (USG).
Pemeriksaan USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas permukaan  kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis gelombang dari dopler. Selain itu Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis kehamilan yang dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.
a.       Tujuan dilakukan Ultrasonografi
ü  Membantu mengevaluasi gejalah-gejalah yang di duga penyakit-penyakit pelvis.
ü  Mendeteksi benjolan-benjolan asing dan membedakanya antara kista dan tumor.
ü  Mengukur ukuran organ.
ü  Mengevaluasi kekuatan, posisi, usia kehamilan dan kecepatan pertumbuhan.
ü  Mendeteksi kehamilan ganda.
ü  Memandu amniosintesis dengan menentukan lokasi plasenta dan lokasi janin.
b.      Jenis-jenis USG
ü  USG 2 dimensi :
Ø  Gambar 2 bidang (memanjang dan melintang)
Ø  Sebagian besar keadaan janin dapat di tampilkan.
ü  USG 3 dimensi :
Ø  Gambar 3 bidang (+ kronal)
Ø  Tubuh janin terlihat jelas dan dengan posisi janin berbeda (gambarnya yang diputar)
ü  USG 4dimensi :
Ø  Statis.
Ø  Live 3D dinamis (bergerak).
ü  USG doppler :
Ø  Mengutamakan pengukuran aliran darah, terutama tali pusat.
Ø  Untuk menilai keadaan janin.
Ø  Yang di nilai :
·         Gerak nagas janin (min 2x/10 menit).
·         Tonus (gerak janin).
·         Indeks cairan ketuban (N:10-20cm).
·         Doppler arteri umblikasi.
c.       Indikasi
ü  Dalam bidang obstertik pemeriksaan kehamilan (trimester 1 dab II), pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin.
ü  Dalam bidang ginekologi ongkologi fisik dicurigai ada kelainan tapi tidak jelas.
ü  Dalam bnidang endokrinologi reproduksi mencari penyebab ganguan hormon,  pemantauan folikel dan terapi infertilitas, pada ganguan haid.
ü  Dalam bidan non obstretrik bidang pediatrik, mengatasi dari organ ginekologi, bidang saluran cerna, traktus urinarius.
d.      Cara persiapan dan pelaksanaan
ü  Lakukan informed consent.
ü  Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kantong empedu, hepar limfa, dan pangkreas.
ü  Oleskan jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG.
ü  Lakukan antara 10-30 menit.
ü  Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah.
ü  Sebelum pemeriksaan, pasien tidak boleh merokok untuk mencegah masuknya udarah.
ü  Pada pemeriksaan obstetritk (trimester pertama dan kedua), pelvis, dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih. Pada trimester ketiga, pasien dapat diperiksa dalam keadaan kandung kemih kosong.
ü  Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepalah.
ü  Bila pemeriksaan dilakukan pada jantuing, anjurkan untuk bernpad perlahan dan menahan setelah inspirasi dalam.

7.       Rontgen
Rontogen, atau yang di kenal dengan sinar X, merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X untuk melakukan skrining atau mendeteksi kelainan pada  berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengunakan radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar X.
1.      Sinar-X memiliki beberapa sifat fisik, yaitu :
ü  Daya tembus
Sinar X memiliki daya tembus yang sangat besar digunakan dalam radiografi. Semakin tinggi tegangan tabung (KV) yang digunakan, daya tembus yang dihasilkan juga akan semakin besar, dan semakin rendah, maka daya tembus sinar akan semakin besar.
ü  Pertebaran
Apabila berkas sinar X melewati suatu benda, bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan diterbarkan kesegalah arah sehingga menimbulkan radiasi skunder atau radiasi hambur pada bahan atau zat yang dilaluinya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya pengamburan kelabu secara menyeluruh pada gambaran radiografi mengunakan sinar X.
ü  Pyerapan
Sinar X diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan dari benda atau zat tersebut. Semakin tinggi kepadatannya maka penyerapannya akan semakin besar.
ü  Efek fotografik
Sinar Xakan menhitamkan film setelah diproses di kamar gelap secara kimiawi.
ü  Pendar flour atau flouresensi
Radiasi sinar X daoat menimbulkan pemendaran cahaya atau imunisensi apabila mengenai beberapa bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau Zink-sulfide.
ü  Ionisasi
Merupakan efek primer yang ditimbulkan apabila sinar X mengenai suiatu bahan atau zat. Efek tersebutn berupa timbulnya ionisasi partikel-partikel dari bahan atau zat tersebut.
ü  Efek biologis
Sinar X dapat menimbulkan perunahan-perubahan biologis pada jaringan.efek biologis inilah yang digunakan dalam radioterapi.

2.      Cara persiapan dan pelaksanaan :
ü  Lakukan informed consent
ü  Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.
ü  Pada dada, poto dengan posisi posterior anterior (PA) dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan foto anterior posterior (AP) lateral dapat juga dilakukan. Dalam pelaksanaanya baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain dapat digunakan, dan perhiasan dapat dilepaskan. Anjurkan pasien untuk tarik napas dan menahan napas pada waktu pengambilan foto sinar X.
ü  Pada jantung,  foto PA dan lateralkiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung, dalam pelaksanaannya perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju di turunkan hingga pinggang.
ü  Pada abdomen,  pelaksaan foto harus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan dan digunakan baju kain/kertas, pasien tidur telentang dengan tangan di jauhkan dari tubuh, serta testis harus dilindungi.
ü  Pada tengkorak, sebelum pemeriksaan harus dilepaskan penjepit rambut, kaca mata dan gigi palsu.
ü  Pada rangka, biula di curigai faktur, maka anjurkan puasa dan immobilisasi pada daerah fraktur.

3.      Beberapa hal yang haruis diperhatikan ketika dilakukan pemotretan sinar X :
ü  Besaran kilovoltage (KV).
Besaran KV dikaitkan dengan daya tembus sinar terhadap objek. Semakin tinggi besaran KV yang digunakan maka daya tembus sinar X akan semakin besar. Jumlah KV akan menunjukkann kualitas radiasi. Apabila KV dinaikkan, maka desitas foto akan meninggi, kontra akan rendah dan sinar hambur akan meningkat. Pada radiodiagnostik, besaran KV yang digunakan adalah antara 50KV hingga 80KV. Setiap kenaikan atau penurunan 10KV, dapat dilakukan penaikkan atau penurunan MAS sekitar 50%.
ü  Miliampere second
Merupakan perkalian antara besaran ampere dengan waktu eksposisi. MAS akan menunjukkan kuantitas radiasi. MAS menunjukkan banyaknya electron dalam kuantitas pada filmen yang menhasilkan sinar X dalam suatu waktu untuk memepengaruhi kehitamam film. Fungsinya adalah untuk bedah yang bergerak.
ü  Jarak pemotretan
Merupakan jarak target dalam tabung sinar X dan permukaan dari kaset film sinar X.
4.      Indikasi pemeriksaan
ü  Sesak nafas pada bayi. Foto thorax.
ü  Bayi muntah hijau terus menerus. Foto abdomen.
ü  Deteksi tulang, paru-paru, usus, dan organ lainnya.



8.         ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Electrocardiography  adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.  Sedangkan electrocardiogram adalah grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. 
Kegiatan listrik jantung jantung sering dihubungkan dengan perjalanan impulsdari jantung yang dihantarkan menuju jaringan tubuh dan dapat diukur pada permukaan tubuh dengan menggunakan suatu galvanometer ( suatu mesin yang digunakan untuk mengukur arus listrik ).  Galvanometer digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik yang relative kecil dari jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang disebut sebagai elektrokardiogram (EKG).
EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari 12 posisi yang berbeda:  3 posisi standar, 3 posisi unipolar, dan 6 posisi dada.  Informasi ini sangat berguna dalam mendiagnosa penyakit-penyakit kardiovaskuler seperti angina pectoris atau miokardial infark.
a.       Sistem konduksi jantung
ü  Jantung memiliki system dimana selnya mempunyai kemampuan untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan.  Setiap denyut jantung normal merupakan hasil pembangkitan impuls listrik di nodus Sino-Atrial yang mengatur ferkuensi dan irama denyutan jantung.  Pola hantaran normal jantung dikenal sebagai irama sinus.
ü  Impuls jantung akan meninggalkan SA Node dan berpencar menuju otot atrium melalui jalur intra atrium, sehingga mengakibatkan kontraksi kedua atrium.  Impuls kemudian menjalar ke nodus Atrio-Ventrikuler yang memberikan waktu kontraksi kedua atrium dan memastikan pengisian darah di ventrikel.  Impuls kemudian dihantarkan ke bundle his dan diteruskan menuju serabut purkinje.  Peristiwa ini tidak lebih dari beberapa detik dan mengakibatkan kontraksi ventrikel.  Hantaran impuls sepanjang serabut serabut khusus, 5 kali lebih cepat dibandingkan pada serabut otot jantung tidak khusus.  Transmisi impuls yang cepat ini merangsang sel otot melalui kedua ventrikel kontraksi secara terus-menerus (simultan).
ü  Jalur hantaran listrik di bagian lain juga memiliki kemampuan membangkitkan impuls, tetapi impuls ini terjadi hanya pada keadaan abnormal.  Frekuensi denyutan alami pada jalur hantaran pacemaker, yaitu :
Ø  SA node 60-100 kali/menit
Ø  AV node 40-60 kali/menit
Ø  Sistem purkinje 25-40 kali/menit
b.      Indikasi
ü  Digunakan untuk untuk mendapatkan informasi kegiatan listrik pada kondisi – kondisi sebagai berikut :
Ø  Disritmia jantung
Ø  Iskemia miokard  (angina pectoris)
Ø  Lokasi dan perluasan daerah infark miokard
Ø  Hipertrofi jantung
Ø  Ketidakseimbangan elektrolit
Ø  Keefektifan obat-obat jantung












B. Konsep Dasar Pemberian Obat
1.      Pengertian Dan Tujuan Oemberian Obat
a.       Pengertian
Obat    : suatu bahan  yang dimaksudkan untuk  digunakan  dalam   menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan  badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok  tubuh atau bagian   tubuh manusia.
Pemberian Obat   : semua zat baik dari alam (hewan maupun       tumbuhan) atau  kimiawi yang dalam  takaran (dosis) yang tepat diberikan  pada pasien/klien  oleh tenaga medis  dengan memiliki berbagai macam cara .      Yang  dapat menyembuhkan, meringankan atau  mencegah penyakit   atau gejala - gejalanya.
b.      Tujuan Pemberian Obat
Tujuan  :   Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien atau memberikan efekpenyembuhan terhadap suatu penyakit atau pun keluhan yang di rasakan oleh seseorang.

2.      Bentuk Obat Dan Jenis Obat
obat menurut bentuknya adalah terdiri dari :
a)      Bentuk Sediaan Solida (Padat)
contohnya :
1.      tablet
2.      Kapsul (capsule)
3.      Kaplet (kapsul tablet)
4.      Pulvis ( serbuk )
b)      Bentuk Sediaan Semi Solida (setengah Padat)
contohnya :
1.      Emulsi
2.      Krim


c)      Bentuk Sediaan Liquida (Cair)
contohnya :
1.      cairan infus
2.      Obat tetes
3.      Sirup
Obat menurut sifatnya adalah terdiri dari :
1.      Mudah larut dalam air
2.      Tidak mudah larut dalam air
Jenis obat menurut sifat dan bentuknya adalah sebagai berikut :
A.    Obat berbentuk Tablet
Jenis obat ini                    : obat yang dipadatkan tanpa bahan tambahan (murni bahan obat).
Pemakaiannya                  : dimakan dan diminum.
contoh obat tablet                        : dimakan : promag atau antasid – bodrexin
diminum :neurobion
Jenis – Jenis Tablet
a)      Tablet Hipodermik
Tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air.Dulu      untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
Contoh: Atropin Sulfat
b)      Tablet Efervescent
 Dibuat mudah larut dalam air, penggunaan jenis tablet ini harus dilarutkan dahulu didalam air  sebelum diminum, dan tidak boleh langsung ditelan atau dimakan sebelum dilarutkan dalam  air.
Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”. Contohnya: CDR, Redoxon.
c)      Tablet Kunyah
Obat berbentuk tablet dengan penggunaan dikunyah, rasa obat ini dibuat enak karena pemakaiannya yang langsung dimakan/dikunyah.contohnya Antasid dan Bodrexin
B.     Obat berbentuk Kaplet  (kapsul tablet)
Jenis obat ini merupakan gabungan dari bentuk tablet dan kapsul. Kaplet tidak memakai pembungkus sebagaimana halnya obat berbentuk tablet namun bentuk fisiknya menyerupai kapsul. Contohnya Amoxilin
C.     Obat berbentuk Kapsul
Obat jenis ini terdiri dari bahan obat yang dibungkus dengan bahan padat mudah larut.Bahan pembungkus ini sangat berguna agar obat mudah ditelan, menghindari bau dan rasa tidak enak dari obat serta menghindari kontak langsung dengan sinar matahari.contohnya Ramabion.
D.    Obat Cair
Merupakan sediaan cairan yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topical.contohnya Mylanta, Tetes mata, tetes telinga dan obat batuk
E.     Lotion
Adalah sediaan cair berupa suspensi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air  dengan campuran yang cocok.
Lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yang berfungsi sebagai:
·         Antiseptik
·         Anti jamur (anti fungi)
·         Anti- jerawat 
·         Smoothing (pelembut),
·         Pelembab atau agen pelindung (seperti caladine )
F.      Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
 Pemakaian Emulsi :
a.       Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral
b.      Dipergunakan sebagai obat luar
Contoh Emulsi :
·         Curvit
·         Curcuma Plus
·         Scott emulsion
G.    Obat berbentuk Serbuk (Pulvis)
Jenis obat ini adalah obat berbentuk serbuk yang merupakan campuranbahan kimia atau obat, biasanya obat ini digunakan untuk pemakaian atau pengobatan luar. Contoh: Caladine powder dan adem sari
Pengunaan pulvis Sebagai  :
·         Obat Luar digunakan sebagai anti septik
·         Sebagai obat Dalam  digunakanpemakaian obat melalui mulut, kerongkongan, alat pencernaan. 
H.    Vial
Adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan  volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi.(R. Voight hal 464).Contohnya : Duradyl   dan Aqua Pro injection.
I.       Ampul
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua.  (R. Voigt hal. 464).Contohnya vitamin K, Oksitosin, Mathergin.
J.       Fless
Adalah suatu wadah yang di dalamnya terdapat cairan. Cairan tersebut adalah cairan untuk menambah cairan dalam tubuh, contohnya adalah cairan infus RL, Glukosa, dan NaCl

3.    Prinsip Pemberian Obat
Ada beberapa prinsip dalam pemeberian obat yang perlu diperhatikan. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Tepat Pasien
Tepat Pasien berarti bahwa obat yang diberikan memang benar dan sudah dipastikan harus diberikan kepada klien yang bersangkutan. Kesalahan identifikasi klien dapat terjadi jika terdapat 2 orang klien dengan nama yang sama atau mirip berada pada satu ruangan atau unit. Untuk menghindari kesalahan pemberian, cocokkan selalu nama klien pada papan nama di tempat tidur klien dengan catatan rekam medik.
b.      Tepat Obat
obat yang diberikan adalah obat yang memeng diminta untuk diberikan kepada klien tersebut sesuai dengan dosis yang diinginkan tim medis.
c.       Tepat Dosis Obat
Tepat dosis obat berarti obat yang diberikan memang dosis yang diinginkan oleh tim medis dan dosis tersebut telah sesuai untuk klien. Kesalahan dosis obat dapat terjadi bila tim medis memberikan obat yang tidak sesuai dengan klien, apoteker salah mengeluarkan jumlah obat, perawat salah memberikan dosis obat, perawat atau asisten perawat salah menuliskan kembali obat-obatan yang diresepkan oleh tim medis.
d.      Tepat Waktu Pemberian
Tepat waktu pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan frekuensi dan waktu yang sudah ditetapkan. Pembagian obat yang dilakukan secara rutin sangat bervariasi pada setiap institusi, misalnya : untuk pemberian obat pagi, diberikan pada pukul 07.30, 08.00, atau 09.00. Atau waktu pemberian obat dibuat berdasarkan frekuensi, misalnya : untuk obat yang diberikan 4 kali sehari; waktu yang digunakan adalah pukul 09.00, 13.00, 17.00, dan 21.00, atau beberapa institusi menetapkan 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00.
e.       Tepat Cara Pemberian
Tepat cara pemberian, artinya adalah memberikan obat sesuai dengan pesanan medis dan cara tersebut aman dan sesuai untuk klien.


4.      Persiapan Pemberian Obat
Pengertian :
Menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien sesuai dengan program pengobatanyang telah di tentukan, secara tepat dan benar.
Tujuan :
1)      Membantu mengurangi rasa sakit
2)      Membantu menegakkan diagnose
3)      Memberikan ketenangan dan rasa puas dalam diri pasien
Dilakukan :
1)      Kepada setiap pasien sesuai dengan program pengobatan yang telah di tentukan
2)      Sewaktu-waktu bila di perlukan
Cara pemberian obat :
Pemberian obat dapat dilakukan melalui mulut dan tidak melalui mulut, bergantung pada kebutuhan. Pemberian tidak melalui mulut dapat dilakukan melalui :
1)      Jaringan tubuh (parenteral)
2)      Kulit
3)      Pernafasan
4)      Selaput lender
5)      Saluran kemih
6)      Mata
7)      Telinga
8)      Vagina
9)      Anus ( rectum)
                                                 
C.    Konsep Dasar Pemberian Obat
a.       Pengertian Perhitungan Dosis Obat
Dosis adalah dosis maksimun dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injjeksi subkutan, rectal. Selain dosis maksimun di kenal juga dosis lazim dalam F1 sd III tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran petunjuk yang tidak mengikat.Dosis atau takaran obat adalah banyaknya obat dapat di pergunakan atau di berikan kepada seorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar.
Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya suatu nilai/hasil.Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau  kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. 

Menurut Ilmu FarmasiDosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien yang dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) yang diinginkan. Secara umum penggunaan dosis dalam terapi dibagi menjadi : dosis lazim dan dosis maksimum/maksimal. Dosis lazim adalah dosis yang digunakan sebagai pedoman umum pengobatan (yang direkomendasikan dan sering digunakan) sifatnya tidak mengikat (biasanya diantara dosis mimimum efek dan dosis maksimum), sedangkan dosis maksimum adalah dosis yang terbesar yang masih boleh diberikan kepada pasien baik untuk pemakaian sekali maupun sehari tanpa membahayakan (berefek toksik ataupun over dosis). Untuk terapi sebaiknya menggunakan pedoman dosis lazim.
b.      Ketentuan Umum tentang Dosis
1.    Dosis Maksimun
Berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat di lakukan:
a.       Membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep
b.      Diberi garis bawah nama obat tersebut
c.       Banyak obat hendaknya di tulis dengan huruf lengkap
2.    Dosis Lazim
Merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman umum.Misalnya, obat CTM (4 mg per tablet) di sebutkan dosis lazimnya 6-16 mg/ hari.Jika seseorang minum 3x sehari 2 tablet, dosis maksimunnya belum di lampui, tetapi hal ini di anggap tidak lazim, karena dengan 3x sehari 1 tablet saja sudah dapat di capai efek terapi yang optimum.Macam-macam Dosis :
a.       Dosis terapi
Suatu takaran obat yang dapat di berikan dalam keadaan biasa dan dapat meyembuhkan penderita.


b.      Dosis  Minimun
Suatu takaran obat terkecil yang di berikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
c.       Dosis Maksimun (DM)
Suatu takaran oabat tersebar yang di berikan  yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.
d.      Dosis Letal
Takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian pada penderita
1)      LD 50    : takaran yang menyebabkan kematian 50% hewan percobaan
2)      LD 100  : takaran yang meyebabkan kematian 100% hewan percobaan
e.       Dosis Toksis
Suatu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan keracunan pada penderita.

Dosis Maksimum dan Perhitungannya
1.      Daftar dosisi maksimum menurut F1 ed III digunakan untuk orang dewasa yang berusia 20-60 tahun dengan bobot badan 58-60.
2.      Untuk orang lanjut usia dan keadaan fisiknya sudah mulai menurun, pemberian dosis harus lebih kecil dari dosis maksimum.
·                     60-70 tahun                                         4/5 dosis dewasa
·                     70-80 tahun                                         ¾ dosis dewasa
·                     80-90 tahun                                         2/3 dosis dewasa
·                     90 ke atas                                            ½ dosis dewasa
3.      Untuk wanita hamil yang oeka terhadap obat-obatan, sebaikknya dosis diberikan dalam jumlah yang lebih kecil. Bahkan untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dan kelainan janin obat ini dilarang untuk wanita hamil juga wanita menyusui karena obat dapat diserap oleh bayinya melalui ASI.
4.      Untuk anaka-anak dibawah 20 tahun diperlukan perhitungan khusus, karena respons tubuh anak atau bayi terhadap obat tidak dapat disamakan denagn orang dewasa.
5.      Memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu :
a.       Penderita: usia, bobot badan, jenis kelammin, luas permukaan tubuh, tolenransi, habituasi, adiksi dan sensitifitas, kondisi openderita.
b.      Obat: sifat kimia/fisika obat, sifat farmakokinetikanya(ADME), jenis obat.
c.       Penyakit : sifat dan ejnis penyakit, kasus penyakit.
Aturan pokok untuk anak tidak ada sehingga para pakar mencoba untuk membuat penghitungan obat berdasarkan usia, bobot badan, dan luas permukaan (body survace area).
6.      Perhitungan dosis berdasarkan usia
a.       Rumus Young
x dosis dewasa
Keterangan : (n dalam tahun untu usia di bawah 8 tahun)
b.      Rumus Fried:
x dosis dewasa
Keterangan : (n dalam tubuh)
c.       Rumus Dilling :
x dosis dewasa
Keterangan : (n adalah usia dalam satuan tahun yang digenapkan ke atas)
d.      Rumus Cowling:
x dosis dewasa
Keterangan : (n adalah usia dalam satuan tahun yang digenapkan ke atas)
e.       Rumus Gaubius:
Beberapa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa, seperti :
0-1              = 1/12 x dosis dewasa
1-2                                                = 1/8 dosis dewasa
2-3                                                = 1/6 dosis dewasa
3-4                                                = ¼ dosis dewasa
4-7                                                = 1/3 dosis dewasa
7-14                                            =  ½ dosis dewasa
14-20                                = 2/3 dosis dewasa
21-60                                = dosis dewasa
f.       Rumus bastedo :
 x dosis dewasa
Keteragan : (n adalah usia anak dalam tahun)
g.      Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan :
1)      Rumus clark (amerika)
x dosis dewasa
2)      Rumus Thremich – fier (jerman)
x dosisi dewasa
3)      Rumus Black (belanda)
x dosis dewasa
4)      Rumus Juncker & Glaubius
% x dosisi dewasa
h.      Perhitungan Dosis berdasarkan Berat badan
Hukum clark’s (Amerika)
x dosis dewasa = dosisi rata-rata anak
Perhitungan  Luas Permukaan Badan (Body Surface Area = BSA)
BSA () =
Ket : TB (tinggi Badan), BB( Berat Bidan)
i.        Dosis Maksimum Gabungan
Bila dalam resep terdapat lebih dari satu macam obat mempunyai kerja bersamaan/searah, maka harus dibuat dosis maksimum gabungan.
Dosis gabungan dinyatakan tidak melebihi dosisi maksimal bila.
 x 100% < 100%
j.        Perhitungan Dosis Harian
1x P =  x 100%
1x h = x 100%
k.      Pengaturan Dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
1)      Rumus –rumus Perhitungan Dosis berdasarkan BSA
Perhitugan dosis yang paling akurat adalah berdasarkan BSA penderita, sebab metode ini mempertimbangkan tinggi dan bobot penderita.
a)      Rumus Du Bois dan Du Bois 
S =   x  x 71,84
Dengan s = luas permukaan tubuh (cm2 )
W = bobot (kg)
H = tinggi (cm)
Namun rumus ini sangan sulit sehingga disederhanakan :
BSA (m2) =
Pengaturan dosis berdasarkan BSA penderita dapat dilakukan dengan menggunakan BSA dewasa rata-rata, yaaitu 1,73 m2,oleh karena itu, dosis untuk dewasa atau anak-anak dapat diperkirakan menggunakan persamaan berikut:
Dosis perkiraan =  x dosisi lazim dewasa
Untuk dosis beberapa obat, didasarkan pada BSA spesifik dari masing-masing penderita.
b)      Rumus dari farmakologi UI tahun 1968
Dosis =  x dosis dewasa
c)      Rumus Carzel
Dosis =  x 100 x dosisi dewasa
2)      Contoh penerapan rumus perhitungan dosis berdasarkan BSA
Untuk lebih memperjelas tentang penerapan rumus perhitungan dosis berdasarkan BSA, perhatikan contoh berikut :
a)      Dosis lazim suatu obat untuk dewasa adalah 150 mg. Berapa dosis yang harus diberikan kepada seorang anak berbobot 55 pon dan tinggi 3’5” (3 kali 5 inci)?
Jawab :
3’5” = 41”
BSA dari nomogram adalah 0,82 m2
Dosis =  = 71,1 mg
Jadi, dosis yang harus diberikan kepada anak tersebut adalah 71,1 mg.
b)      Nancy Smith adalah seorang wanita berumur 7 tahun yang tingginya 3’4”, bobotnya 37 pon, dan menderita suatu penyakit. Dokter anak menulis resep ameprazol (prilosec) bagi Nancy dan meminta apoteker dan menghitung dosis yang sesuai. Karena dosis dewasa untuk ameprozal adalah 20 mg sehari, berapa seharusnya dosis untuk Nancy? (Untuk menyelesaikan soal ini gunakan persamaan BSA).
Jawab :
Tinggi = 40 (in) x  = 101,6 cm
Bobot = 37 (pon) x  = 16,82 kg
BSA =  =
= 0, 69 m2
Dosis =  x 20 (mg) = 7,98 mg/hari
Jadi, dosis yang harus diberikan kepada Nancy adalah 7,98 mg/hari.
Perhitungan Dosis Obat Sistemetrik
Sistem metrik adalah suatu sistem desimal berdasarkan puluhan. Sistem metriks mempunyai tiga satuan ukuran dasar, gram (berat), liter(volume), dan meter (panjang). Ukuran panjang tidak akan dibicarakan karena pesanan obat tulis menurut ukuran berat dan volume. Sistem metrik menggunakan angka arab (misal 1,2,3) dan desimal (0,4, 0,008).
a.       Ukuran Berat
Ukuran zat padat dalam sistem metrik adalah
1.      Gram = disingkat g atau gm
2.      Miligram = disingkat mg
3.      Mikrogram = disingkat ..g atau mcg
4.      Kilogram = disingkat kg
b.      Padanan Berat
Padanan berat dasar dalam sistem metrik adalah
1 g = 1000 mg
1 mg = 1000 ..g (mcg)
Perhatikan bahwa gram lebih besar daripada satu miligram. Diperlukan1000 mg untuk menyamai berat 1 g. Satu miligram sendiri lebih besar daaripada satu mikrogram, diperlukan 1000 ..g untuk menyamai berat 1 mg. Hubungan ini dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol > yang berarti “lebih besar daripada”.
g > mg > ..g
Baca : satu gram lebih besar daripada satu miligram, yang lebih besar daripada satu mikrogram.
c.       Mengubah Padanan Zat Padat
Perawat harus menghitung berapa banyak obat yang akan diberikan jika obat yang tersedia tidak sama ukuran beratnya dengan pesanan obat.
Contoh                                    : Pesanan : 0,25 g
Persediaan tablet beretiket      : 125 mg
Kita tahu bahwa padanan 1 g = 100 mg. Oleh karena itu kita dapat mengubah 0,25 g menjadi miligram dengan mengalikan angka gram dengan 1000.
0,25 x 1000
Jadi pesanannya 0,25 g = 250 mg      
Ada cara yang singkat, dalam desimal, angka perseribuan adalah tiga angka sesudah koma desimal. Kita dapat mengubah gra menjadi miligram dengan memindahkan koma desimal tiga angka kekanan, yang menghasilkan jawaban yang sama dengan perkalian dengan 1000. Kita juga dapat mengubah miligram menjadi gram dengan memindahkan koma desimal tiga angka kekiri, yang sama dengan pembagian dengan 1000. 
a)      Table Padanan Umum Ukuran Metrik Untuk Zat Padat
Sebagai besar perawat yang berpraktik mengetahui padanan umum tertentu dalam system metrik.Pelajarilah Tabel 4-1 untuk membiasakan diri dengan padanan itu.
Ukuran Metrik untuk Zat Cair
Ukuran zat cair pada sistem metrik adalah
Liter : disingkat L
Milliliter : disingkat mL (dapat ditulis sebagai ml)
Sentimeter kubik : disingkat cc
Perhitungan Dosis Obat Sistem Apothecaries
a)      Grain Apoteker
Ukuran zat padat dalam  system apoteker adalah grain (di singkat gr). Suatu contoh dari pesanan adalah gr v.
Perhatikan bahwa angka Romawi mengikuti ukuran itu. Beberapa dokter menulis pesanan ini dengan menggunakan angka arab , jadi anda dapat menjumpai 5 gr atau 10 gr. Jangan kelirukan symbol ini (gr) dengan gram dalam ukuran metrik (g).
b)      Ukuran Zat Cair
Dalam system apoteker,ukuran zat cair adalah
Minim : disingkat  atau
Dram : disingkat  atau dr
Ounce : disingkat
Tetes : disigkat gtt
Sistem Perhitungan Larutan Dosis Obat
a.       Aturan menghitung obat oral
Disingkat :
P  X  S = J
    M
·         Permintaan adalah pesanan dokter
·         Milik adalah kekuatan obat
·         Sediaan adalah bentuk sediaan obat
·         Jumlah adalah berapa banyak dari persediaan yang diberikan
Aturan obat padat oral
Permintaan x sediaan = jumlah
     Milik
Contoh :
Pesanan                : alprazolam 0,5 mg po bid
Permintaan          : permintaan adalah pesanan dokter. Pada contoh, permintaanya adalah 0,5
mg.
Milik                     : milik adalah kekuatan obat yang di sediakan. Pada contoh, etiketnya
menunjukan bahwa tiap  tablet berisi 0,25mg.
Sediaan                : sediaan adalah bentuk satuan sediaan obat. Alparazolam tersedia dalam
bentuk tablet. Karena tablet dan kapsul merupakan kesatuaan tunggal, persediaan untuk obat padat oral selalu satu.
Jumlah                 : jumlah adalah berapa banyak dari kesediaan yang diberikan. Untuk obat
padat oral, jawabannya akan menjadi tablet atau kapsul yang diberikan.
Untuk memecahkan masalah apa saja pertama periksalah bahwa pesanan dan sediaan berada dalam ukuran berat yang sama. Jika tidak sama, anda harus mengubah salah satu padanannya. Pada contoh ini, tidak diperlukan padanan.Baik pesanan maupun sediaan adalah dalam satuan mg.
Pesanan : Alpararazon 0,5mg
Sediaan : tablet 0,25 mg
Kaidah :P X S = J            0,5mg x 1 tab =2 tab
              M                        0,25
b.      Menghilangkan Desimal
Bila pembilang dan penyebut dalam P adalah desimal, tambahkan angka nol untuk menyamakan  M
Jumlah angka desimal.Kemudian hilangkan koma desimal. Ini adalah operasi ilmu hitung untuk menggantikan cara pembagian yang panjang.
Tambahan :
0,5mg  pembilang
0,25mg               penyebut atau pembagi
c.       Jenis khusus pesanan obat padat oral
Obat –obatan yang berisi sejumlah bahan aktif dipesan menurut jumlah yang akan diberikan dan tidak memerlukan perhitungan. Obat –obatan ini termasuk preparat obat bebas (OTC) dan multivitamin.
Contoh :
·         Multivitamin tab I po qd
·         Gelusil tabs I po q4h prn
Dokter kadang – kadang menentukan ukuran berat obat – obat tersebut dan jumlah tablet yang akan diberikan. Pesanan ini tidak memerlukan perhitungan.
d.      Menghitung Soal Suntikan
a)      Alat suntik 3-cc
Tingkat kecepatan dalam menghitung jawaban suntikan bergantung pada alat suntik yang digunakan. Sebuah alat suntik 3-cc ( 3ml ) yang diberi tanda dalam mililiter sampai per sepuluhan terdekat dan dalam minim sampai angka bulat terdekat. Untuk menghitung jawaban mililiter pada alat suntik 3-ml ini, perhitungannya dikerjakan sampai angka perseratusan dan jawabannya dibulatkan sampai persepuluhan terdekat.
1,25 mL menjadi 1,3 mL
Untuk menghitung minim pada alat suntik 3-ml, perhitungannya dikerjakan sampai angka persepuluhan dan jawabannya dibulatkan sampai angka bulat terdekat.
                                    19,7 minim menjadi 20 minim
b)      Alat suntik presisi 1-cc
Alat suntik presisi 1-cc ( 1 ml ) yang diberi tanda dalam mililiter sampai angka perseratusan terdekat dan dalam minim sampai setengah-minim terdekat. Untuk menghitung mililiter bila digunakan alat suntik 1 ml, perhitungannya dikerjakan sampai angka perseribuan dan jawabannya dibulatkan sampai perseratusan terdekat.
                                    0,978 mL menjadi 0,98 mL
Untuk menghitung minim pada alat suntik 1-ml, perhitungannya dikerjakan sampai perseratusan terdekat dan jawabannya dilaporkan dalam setengah minim terdekat.
Contoh :  14,28 minim menjadi 14 minim. ( jawaban 14,28 dibulatkan menjadi 14,3. Karena 0,3 kurang dari 0,5 , angka tersebut dihilangkan).
Sebuah alat suntik diberikan untuk tiap contoh yang menyertainya.Hitunglah mililiter sampai tingkat ketepatan yang diminta oleh penanda alat suntik.Perhitungan minim tidak diberikan karena merupakan ukuran apoteker.Gambarlah sebuah garis pada alat suntik itu yang menunjukkan jawaban untuk mililiter saja.
Contoh : pesanan : demerol  HCL 75 mg 1M q4h prn
            Etiket :
Kaidah :
Berikan 1,5 mL 1M.
c)      Suntikan insulin
1)      Jenis-jenis insulin
Insulin adalah hormon yang mengatur metabolismeglukosa.Obat ini diukur dalam unit dan diberikan melalui suntikan. Insulin disediakan dalam 10-mL vial yang berisi 100 unit per mililiter. Saat ini banyak jenis insulin yang tersedia.Insulin dapat disiapkan dari jaringan hewan atau secara semisintetis dari DNA rekombinan manusia.Insulin digolongkan sebagai kerja cepat, sedang atau lama.Karena onset kerja, waktu aktivitas puncak dan lama kerjanya bervariasi, perawat harus berhati-hati dalam memilih insulin yang tepat.
·         Insulin kerja cepat : insulin jenis ini mulai bekerja dalam 1 jam dan puncak kerjanya dalam 2 sampai 4 jam, efeknya dapat bertahan selama 5 sampai 7 jam. Insulin diberikan secara subkutan, kecuali untuk insulin regular, yang dapat diberikan secara IV.
Perhatikan huruf “ R “ besar pada etiket agar dapat mengenali insulin regular dengan segera, insulin regular disiapkan dari pankreas sapi atau pankreas babi atau dengan penggunaan teknologi DNA rekombinan.
·         Insulin sapi dipesan untuk pasien yang alergi terhadap babi atau yang meghindari babi untuk alasan yang berhubungan dengan agama. Insulin babi dapat digunakan pada pasien yang mempunyai riwayat alergi atau yang mengalami resistensi. Insulin ini lebih murah dibanding humulin R yang merupakan insulin manusia yang dibuat dilaboratorium. Dokter menentukan jenis apa yang terbaik.
·         Insulin kerja sedang : insulin jeni ini memulai dalam 1 sampai 3 jam, aktivitas puncaknya sekitar 6 sampai 12 jam dan dapat bertahan selama 24 jam. Huruf “N” atau “L” atau istilah “isofan” menunjukkan bahwa insulin regular telah dimidifikasi dengan penambahan seng dan protamin untuk memperlambat penyerapan dan memperpanjang masa kerja.Insulin kerja sedang ini dapat disiapkan dari sapi, babi atau humulin R. Huruf NPH juga digunakan menunjukkan suatu kerja sedang. Huruf-huruf ini berarti sebagai berikut : N = larutannya adalah pH netral, P = mengandung protamin, H = hagedorn, laboratorium yang pertama kali membuat insulin jenis ini.
·         Insulin kerja lama : insulin jenis ini juga telah dimodifikasi dengan penambahan seng dan protamin, suatu protein dasar. Insulin ini memerlukan waktu 4 sampai 8 jam untuk memperlihatkan efeknya, aktifitas puncaknya dalam 12 sampai 20 jam, masa kerja dapat bertahan selama 36 jam.
·         Insulin campuran : suatu pesanan dapat meminta dua insulin dicampur dalam satu alat suntik dan diberikan bersama. Insulin campuran menggabungkan insulin kerja cepat dengan insulin kerja sedang. Insulin jenis ini menghemat waktu perawat untuk mempersiapkan obat dan lebih menyenangkan bagi pasien, yang harus belajar menyedot dan menyuntik obantnya sendiri.
·         Insulin berkekuatan besar : insulin ini dibuat untuk beberapa pasien yang memerlukan dosis besar dan untuk keadaan darurat. Insulin ini harus disimpan berjauhan dengan insulin biasa yang beretiket 100 unit/mL.
·         Insulin regular harus tampak jernih dan tidak berwarna, itu adalah satu-satunya yang dapat diberikan secara IV. Insulin lainnya tampak keruh. Vial insulin harus diputar dengan lembut diantara tangan untuk melarutkan kembali pertikel-pertikelnya. Jangan pernah mengocok vial insulin karena dapat mengakibatkan pembentukan gelembung udara atau busa dan mengganggu ketepatan pengukuran dosis yang dipesan.

2)      Jenis-jenis alat suntik insulin
Dosis insulin diberikan secara subkutan dengan suatu alat suntik insulin.Tersedia dua alat suntik standar untuk mengukur 100 U insulin.Yang pertama mengukur dosis sampai 100 unit.Yang kedua disebut alat suntik insulin dosis rendah, dapat digunakan bila dosisnya adalah 50 unit atau kurang.Mempersiapkan suntikan dengan menggunakan alat suntik insulin Tidak diperlukan perhitungan untuk mempersiapkan suatu dosis insulin. Pesanan dokter adalah dalam unit, sediaannya tersedia dalam 100 unit/mL, dan kedua alat suntik dikslibrasi (diberi garis ) untuk 100 unit/mL.

Cara Perhitungan Obat Pada Orang Dewasa
a.     rumus Thremich-Fier (Jerman)
dosis =  X dosis dewasa
b.    rumus black (Belanda)
dosis =  X dosis dewasa
c.     rumus juncker & Glaubius (panduan umur dan bobot badan)
dosis =% X dosis dewasa

A.    Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
a.       Dari kumpulan kuliah farmakologi UI tahun 1968
dosis =  X dosis dewasa
b.      rumus catzel
dosis =  X 100 X dosis dewasa
B.     Perhitungan Dosis Dengan Pemakaian Berdasarkan Jam
a.       menurut FI ed.III
satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari dihitung
dosis =  X ; n= selang waktu pemberian
misalnya,
s.o.t.h (tiap 3 jam) : X =8 X sehari semalam.
b. menurut van Duin
pemakain sehari dihiung untuk 16 jam, kecuali antibiotik dihitung sehari semalam 24 jam.
Dosis maksimum gabungan harus dihitung pabila dalam atu esep terdapat dua oba atau lebih yang kerjanya searah dan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat tersebut, baik untuk sekali pakai maupun untuk pemakaian sehari, misalnya, atropin sulfat dengan ekstrak beladona; pulvis opium dengan pulvis doveri; kafein dengan aminofilin; arsen trioksida dengan natrium arsenat.
Untuk dosis maksimum larutan yang mengandung sirop dalam jumlah besar ( lebih dari 16,67 % atau 1% bagian), bobot jenis (BJ) lautan tersebut dihitung 1,3 sehingga larutan tiak sama dengn volume larutan
Volume =

Akibat Jika Kesalahan Dosis / Overdosis
A.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan.Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.
1.      Faktor Obat:
a.       Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dsb.
b.      Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c.       Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2. Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a.       Oral : dimakan atau diminum
b.      Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c.       Rektal, vaginal, uretral
d.      Lokal, topical
e.       Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3. Faktor Penderita:
a. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
b. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
c. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
d. Ras : “slow & fast acetylators”
e. Toleransi
f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
h. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat.
Kesalahan Dosis / Overdosis
1.      Akibat kelebihan dosis:
Pernapasan akan tertekan / sesak nafas, mual-mual / muntah, berkurangnya tingkat kesadaran, dan pusing.Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara penambahan oksigen.















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar X yang dilakukan pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista atau tumor, dan digunakan untuk menilai payudara secara periodik.

Pemberian obat, semua zat baik dari alam (hewan maupun       tumbuhan) atau  kimiawi yang dalam  takaran (dosis) yang tepat diberikan  pada pasien/klien  oleh tenaga medis  dengan memiliki berbagai macam cara . Yang  dapat menyembuhkan, meringankan atau  mencegah penyakit   atau gejala - gejalanya.

Dosis atau takaran obat adalah banyaknya obat dapat di pergunakan atau di berikan kepada seorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar. Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya suatu nilai/hasil.Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau  kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. 

B.   Saran
Saya sebagai penulis makalah tentang menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Jadi kepada para pembaca makalah ini, diharapkan memberikan kritik dan saran yang membangun. Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA
Bandiyah, Siti. 2009. Keterampilan Dasar Pratek Klinik Keperawatan dan Kebidana. Yogyakarta: Nuha Offset
Uliya, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Selemba Medika
Kusmiyati, Yuni. 2012. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENAIKKAN GRAFIK TANDA TANDA VITAL

SOP dan Daftar Tilik Pemeriksaan Leopold

MEKANISME PERSALINAN NORMAL (PANGGUL DAN FETAL SKUll)